Rasa Takut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sebelum Turun Hujan
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau menceritakan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِي السَّمَاءِ، أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ، وَدَخَلَ وَخَرَجَ، وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّيَ عَنْهُ
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung gelap di langit, beliau keluar masuk rumah, dan wajah beliau berubah. Dan jika turun hujan, beliau merasa gembira.
Ketika ditanya A’isyah, beliau menjawab,
يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّي أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ؟ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ العَذَابَ، فَقَالُوا: هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا
Wahai A’isyah, apa yang bisa memberikan jaminan keamanan bagiku kalau di awan itu tidak ada adzab? Kaum Ad dihukum dihukum dengan angin. Kaum itu telah melihat awan adzab, namun mereka mengatakan, “Ini awan yang akan mendatangkan hujan kepada kami.” (HR. Bukhari 4829, Muslim 899, dan yang lainnya).
Melihat fenomena alam yang mencekam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat takut. Karena bisa jadi fenomena alam itu membawa adzab. Ini berbeda dengan orang musyrik, ketika melihat fenomena alam yang demikian, mereka merasa yakin tidak ada adzab apapun, dan optimis, bahwa itu akan menurunkan hujan.
pemuda di zaman ini, ketika melihat fenomena alam, mereka justru mengeluarkan ponsel atau kamera digitalnya. Berlomba mereka mengabadikan situasi itu. Bukannya takut, malah jeprat-jepret.
Allahul musta’an